Rabu, 19 Juni 2013

CINTA SAMPAI MATI



"Aku harap kamu gak keberatan untuk tetap berkunjung ke sini, meski nanti aku udah gak ada lagi. Kasihan Ayah, Beliau pasti kesepian nanti. Anggaplah Ia sebagai ayahmu juga. Kamu mau kan, Mas?" ujar Nissa sambil terisak, membuka percakapan kami di teras rumahnya sore itu.

"Jangan ngomong gitu ah.. Kita gak boleh mendahului rencana Tuhan. Urusan hidup dan mati itu rahasia Allah. Tidak ada satu orangpun di dunia ini yang bisa menentukan, bahkan seorang dokter sekalipun. Kamu yang sabar ya, Sayang.. Nissa yang ku kenal selama ini adalah wanita yang kuat dan gak mudah putus asa. Ayo dong.. Tunjukkan bahwa kamu adalah pejuang yang tangguh. Seperti waktu kamu masih ngejar-ngejar aku dulu. Masih ingat gak? He he he.." aku berusaha menyemangati kekasihku dan mencoba mengalihkan topik pembicaraan kami. Aku tak ingin Nissa semakin terpuruk dan putus asa dengan penyakitnya.

"Iih.. Enak aja.. Siapa yang ngejar-ngejar kamu? Orang aku lagi nyomblangin kamu sama Dwi kok waktu itu.." ujar Nissa sambil mencubit pinggangku.

"Aww! Tapi akhirnya kamu kan yang malah naksir sama aku? Hayo ngaku.." kataku lagi.

"Abis keseringan ketemu sih.." Nissa terlihat malu-malu mengatakannya.

"Pengen nyomblangin apa emang kamu pengen lebih dekat sama aku? Ha ha ha.."

"Aaah.. Kamu jahat deh.." Nissa berusaha mencubitku lagi, namun kali ini aku berhasil menghindar. Kami berdua kemudian tertawa-tawa.

Aku senang telah membuatnya terhibur hari ini. Dan akan terus kulakukan setiap hari, bahkan setiap saat sambil terus menyemangatinya . Ya, hanya itu yang mampu kulakukan saat ini. Setelah dokter memvonis Nissa terserang leukemia kronis, warisan dari ibunya yang sudah lebih dahulu meninggal ketika Nissa masih kecil. Dokter berkata Nissa masih memiliki harapan hidup beberapa tahun lagi. Dan beberapa bulan terakhir ini aku rajin menemaninya menjalani kemoterapi sambil dibarengi dengan terapi obat-obatan herbal yang selalu kubawakan untuknya.
Aku sangat mencintainya. Dan tak akan ada satu hal pun yang mampu merubahnya, tidak juga penyakit mematikan itu. Jika saja test Human Leukocyte Antigen (HLA testing) yang kulakukan kemarin hasilnya positif, tentu sudah kuberikan sumsum tulang belakangku ini untuk ditransplantasi sehingga Nissa bisa sembuh. Namun aku tak pernah putus asa. Segala cara dan setiap informasi selalu ku buru demi kelangsungan hidup pujaanku itu. Wanita yang selalu ada saat aku terjatuh, yang membuat hidupku menjadi lebih bermakna sejak kehadirannya.. Andai harus ada yang pergi di antara kami, biar aku saja orangnya. Aku tak akan pernah sanggup untuk kehilangan dia. Bahkan sedetikpun tak ingin aku berpisah dengannya. Karena setiap hari aku mencintainya. Aku ingin selalu ada di sampingnya, seperti yang selalu dia lakukan untukku.

Hari demi hari, minggupun telah berganti bulan. Alhamdulillah Nissa sudah mengalami banyak
kemajuan berarti. Wajahnya sudah tidak lagi terlihat pucat, pendarahan dari mulut dan
hidungnyapun sudah tidak terjadi lagi. Sepertinya proses kemoterapi dan obat-obatan herbal yang
kami lakukan, cukup membuahkan hasil.

"Ini ajaib. Benar-benar ajaib. Mas, aku masih ingat ketika dokter berkata bahwa hanya keajaiban saja yang sanggup menyembuhkanku. Dan sekarang aku mendapatkan keajaiban itu.." Nissa berkata di ujung telepon dengan bersemangat. Hari ini aku tak bisa menemaninya ke rumah sakit karena ada agenda meeting di kantor.

"Maksud kamu, Sayang? Dokter bilang apa?" ujarku tak sabar. Aku sudah menduga Nissa pasti akan
mengabarkan sesuatu yang sangat menggembirakan bagi kami.

"Kata dokter, hasil tes lab minggu kemarin benar-benar mengejutkan. Jumlah sel-sel darah putihku berkurang mendekati kadar yang seharusnya. Sementara sel leukemianya sudah netral. Proses hematopoiesis malah sudah berjalan normal sejak beberapa minggu sebelumnya." jawab Nissa
menjelaskan.

"Jadi.. Kamu sembuh, Sayang? Alhamdulillaaah.. Terima kasih ya Allah.. Kita berhasil, Sayang!"
kataku tanpa berhenti mengucapkan syukur.

Aku tak akan membiarkan momen membahagiakan ini berlalu biasa saja. Aku akan menjadikannya
benar-benar spesial. Dan aku akan membuat kejutan untuk Nissa saat akan menjemputnya dari
rumah sakit nanti.

"Nanti pulang kerja kamu langsung ke rumah aja ya, gak\ usah jemput aku.. Aku mau pulang jam tiga." pesan Nissa.

"Ok, Sayang. Ada siapa aja di situ?" tanyaku.

"Cuma berdua aja sama Ayah. Mbak Sumi lagi pesan taksi." jawabnya.

Tak mungkin aku merelakan begitu saja kekasihku pulang tanpa kujemput dari rumah sakit. Aku akan memberinya kejutan dengan menjemputnya. Masih ada waktu sekitar dua jam lagi. Aku buru-buru menemui kepala HRD dan meminta izin untuk pulang lebih cepat. Lalu aku memacu mobilku dengan kecepatan cukup kencang menuju tempat Nissa dirawat.
Di perjalananan aku terus berpikir akan membawakan apa untuk Nissa. Aku terlalu bahagia mendengar kabar kesembuhannya hingga membuatku berbuat agak berlebihan. Ketika mobilku sampai di jalan utama, aku tiba-tiba teringat sebuah toko bunga di dekat rumah sakit. Segera kuambil ponselku dan mencoba menghubungi toko itu untuk memesan buket bunga yang akan kuambil pada saat aku tiba di sana nanti.

Tanganku mencoba meraba-raba saku celanaku ketika tak kudapati ponselku di sana. Lalu aku
menengok laci dashboard dan membukanya sambil tetap menjalankan mobil. Kadang aku biasa menaruhnya di sana setiap bepergian dengan Ertigaku. Namun sepertinya tak juga ku temukan. Aku mencoba menjangkaunya lebih dalam. Tiba- tiba.. JEGERRR!!! Mobilku tadi sedikit oleng ke kanan dan menabrak sebuah truk yang juga sedang melaju kencang dari arah yang berlawanan.

Rupanya aku telah meninggalkan ponselku di meja kerja. Hanya itu terakhir yang aku ingat. Sisanya tak ada lagi sebelum semuanya tiba-tiba menjadi gelap...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar