"Dasar laki-laki pengkhianat! Gak bisa dipercaya!
Tukang selingkuh!" aku terus memaki dalam hati melihat Arya sedang berjalan
sambil merangkul pinggang seorang gadis yang posisinya berjarak sekitar tiga
puluh meter dari tempat dudukku di sebuah cafe. Darahku mendidih, dadaku sesak,
kepalaku tiba-tiba saja terasa pusing. Ingin rasanya aku bangkit dari tempat
dudukku, mendatangi mereka, lalu melayangkan telapak tangan ini ke wajah mereka
berdua! Bukan hanya itu, aku juga akan mencakar-cakar wajah dan
menjambak sekencang-kencangnya rambut gadis yang sudah merebut kekasihku itu.
Aku benar-benar gak menyangka sama sekali
sekaligus gak bisa terima karena Arya sudah terang-terangan membohongiku. Dalihnya
mau menemani ibunya chek up ke rumah sakit, ternyata malah asyik bermesraan
dengan selingkuhannya! Lagipula apa sih kelebihan gadis kampungan itu dariku?
Pakaiannya saja kuno banget, dandanannya juga norak! Tapi kalau dipikir-pikir
sesuai juga sih, makanya Arya juga cuma hanya sanggup mengajak dia makan di tempat murahan.
Benar-benar pasangan miskin yang serasi.
"Loh, kita mau kemana, Lis? Aku udah pesan makanan nih
buat kita berdua.." Rio bertanya dengan wajah bingung waktu aku menarik
tangannya dan berjalan dengan terburu-buru meninggalkan cafe. Aku benar-benar gak
ingin Arya sampai melihat kami, dan yang lebih penting lagi jangan sampai Rio
akhirnya tahu kalau aku ternyata masih punya kekasih..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar