SENGIT
Aku menahan nafas. Jantungku berdegup sangat kencang. Antara bingung dan takut melihat kejadian yang ada di depan mataku saat ini. Pikiranku berkecamuk membayangkan bakal terjadi sesuatu yang sepertinya sangat-sangat tidak menyenangkan.
Ku amati dari kejauhan, nampak dua orang pria muda yang sedang terlibat perkelahian, terlihat sedang bersiap-siap melakukan serangan ke arah lawannya masing-masing. Pria yang satu dengan tubuh sedang dan agak pendek, terlihat lebih tenang dan memilih untuk bertahan dalam posisi kuda-kudanya.
Sedangkan pria kedua yang bertubuh tinggi besar, langsung melancarkan
pukulan bertubi-tubi ke arah wajah dan dada si pria pertama. Namun pukulan demi pukulan selalu berhasil ditangkis oleh pria yang diserang tadi dengan gerakan lincah tanpa berusaha melakukan serangan balasan. Sepertinya dia masih menunggu
kesempatan terbaik untuk menyerang dan melumpuhkan lawannya dengan cepat
dan tepat.
Melihat pukulannya selalu luput, si pria kedua tak
kekurangan cara. Dia mulai menggunakan kakinya untuk kembali menyerang
pria pertama. Namun lagi-lagi usahanya sia-sia. Si pria pertama tadi
ternyata seorang ahli beladiri, beberapa jurus taekwondo standar yang
familiar cukup sering dia keluarkan. Bak seorang superhero dia
terlihat gesit berkelit ke sana ke mari menghindari serangan si pria
yang berpostur lebih besar darinya itu.
"Benar-benar pertarungan yang sengit!" gumamku dalam hati tanpa mengalihkan sedikitpun perhatianku pada aksi kedua pria tangguh ini.
Beberapa saat kemudian pria kedua yang tak berhenti menyerang itu tiba-tiba jatuh tersungkur sekitar sepuluh meter ke belakang. Rupanya si pria taekwondoin tadi sudah mulai melakukan
serangan balasan. Dan kali ini sebuah jump kicks telak mengenai rahang
dan dada si pria besar.
"Rasain! Makanya jangan cuma menang
badan gede doang!" sorakku yang diam-diam memberi dukungan dan mengagumi
sang taekwondoin bak seorang penggemar yang mengidolakan tokoh
jagoannya.
Meski harus terhuyung-huyung menahan sakit, ia
mencoba bangkit dan berjalan ke arah sang taekwondoin yang sedang
berdiri dengan posisi kuda-kudanya kembali. Tapi apa itu? Pria yang
sudah tersungkur tadi ternyata tidak berjalan dengan tangan kosong..
Tangan kanannya memegang sesuatu.. Oh tidaaak! Sebuah pipa besi! Entah
darimana dia mendapatkannya, sementara tangan kirinya memegang dadanya
yang kesakitan.
"Hei, curang kau!" teriakku lantang. Tapi
sepertinya teriakanku tak berarti. Diayun-ayunkannya benda itu ke arah
sang taekwondoin. Dengan sigap jagoanku itu berusaha menghindari ayunan
besi tersebut. Tiga, empat kali ia berhasil menghindar, hingga ayunan
yang kelima, besi itu tepat mengenai kaki kirinya ketika punggungnya tak
sengaja menyenggol sebuah tiang di belakangnya. Hal itu benar-benar
dimanfaatkan oleh si pria besar dengan menyerangnya secara membabi buta
tanpa bisa terelakkan.
Setelah melumpuhkan kakinya, ayunan besi tadi terus menghantam tubuhnya. Perut, tangan, dan sebentar lagi kepalanya..
"Jangaaaannn! Dia bisa mati!!" teriakku kencang hingga mengagetkan semua gamers di rental PS tempat aku saat itu berada.
"Yaah.. Game over deh.. Om sih berisik banget nontonnya.." gerutu seorang bocah padaku.
"Enak aja nyalahin Om.. Kamunya aja yang gak becus maeninnya! Sini
gantian, biar Om liatin cara maen yang bener gimana.." protesku, lalu
mulai larut memainkan jemariku di atas joystick PS..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar