PUISI

1) AKU HANYALAH HITAM
Aku adalah sebuah hitam.
Terbiasa menyendiri di sudut-sudut kelam.
Terpisah dari spektrum pelangi kehidupan.
Tak ada yang sudi menemani,
Selain kesendirian itu sendiri.

Dan kau adalah merah.
Tak mampu kupadu dirimu yang penuh gairah.
Aku terlalu misteri untuk tersentuh oleh semangatmu.
Dan kau terlalu kontras untuk bisa terlarut denganku.

Aku dan kau bukan tercipta untuk menjadi satu.
Kita tak akan menjadi warna cinta seperti apa yang kau harapkan.
Kau cari saja biru untuk membuatmu menjadi ungu.
Atau bersama kuning jika ingin menjadi jingga.

Tinggalkanlah aku yang akan hanyut bersama pekatnya malam.
Biarkan cahaya purnama yang akan menghapus perihnya lukaku.
Sinar putihnya kan jadikanku abu-abu.
Seiring terkuburnya aura rinduku padamu.
 
2) TARIAN JIWA
Jiwa mengembara cari hakikinya jati diri.
Gemulai menari seiring senandung suara hati.
Lentik jari cinta beri sentuhan penuh warna.
Kaki-kaki lincah harapan terjemahkan cerita dalam irama.

Tarianku terus berpentas di panggung takdir.
Di antara alunan kidung kehidupan tiada akhir.
Naikkan ritmenya saat instrumen bernada cepat.
Lalu melambat ketika mengalun kidung yang berat.

Garis takdir adalah kidungku.
Dan jiwa adalah tariannya.
Mampukah tetap ku jaga dinamisasi?
Terlihat indah meski kidung telah berganti.

Kidung dan tarian menyatu dalam ruang jiwa.
Layaknya irama kehidupan dalam goresan tanganNya.
Ku nikmati tarian ini irama apapun yang Tuhan putarkan.
Karena selalu indah dan bermakna di setiap tarian.
 
3) CINTA DALAM BINGKAI AQIDAH
Cinta adalah anugerah.
Jagalah ia sebagai amanah.
Bukan sekedar fenomena ilmiah.
Namun rangkaian sebuah madah.

Cinta terlahir indah.
Rawatlah ia sesuai fitrah.
Jauhkan dari godaan fitnah.
Yang mampu memerosok hidup menjadi musibah.

Cinta sesungguhnya permainan ruhaniyah.
Dan menikah adalah gerbangnya mahabbah.
Jadikan ia sebagai pelengkap sempurnanya ibadah.
Penuntun tetap istiqomah menjaga aqidah.

Cinta bernilai karimah.
Hanya insan rendah yang menggunakannya dengan salah.
Bentengi iman dengan menikah.
Jika belum mampu, maka tahanlah.
 
4) HIDAYAH
Setitik cahaya terangi gelapnya ruang jiwa.
Tunjukkan jalanku yang tersesat di labirin dosa.
Menjadi jawaban atas segala doa.
Memberi sejuk pada iman yang dahaga.

Aku menemukannya di setiap lafadz qalamMu.
Seiring nuansa damai yang mengalun merdu.
Sebagai tangan dalam meraih rahmat dan ridhoMu.
Sebagai kaki untuk melangkah di jalan lurusMu.

Yaa, Illahi..
Sungguh nyata kasihMu kurasakan kini.
Menjadi titian menuju kebahagiaan sejati.
Jangan palingkan hati ini setelah Kau sirami aku dengan hidayah.
Tuntun aku dalam setiap langkah menata aqidah.

Aku hanyalah hambaMu dengan segala kelemahan diri.
Tanpa hidayah dariMu takkan ku temukan jalan ketika ku langkahkan kaki.
Hidupku hanya jadi pengembaraan tak berarti.
Karena aku membutuhkannya bahkan hingga ku mati.
 
5) ISTIGHFAR
Ketika hati tertutup timbunan dosa.
Gumpalan khilaf hadirkan hina.
Jiwa mengelabu, langkah menjadi saru.
Istighfar menyejukkanku.

Ketika maksiat mengikis iman.
Kalam illahi ku abaikan.
Umur berkurang, ajal memburu.
Istighfar mengingatkanku.

Ketika cahaya hidayah menerangi sanubari.
Airmata penyesalan membasahi.
AmpunanMu menjadi renjana rindu.
Istighfar menuntun jalanku.

Yaa Robby..
Aku bukanlah hambaMu yang sempurna.
Hidupku adalah lautan khilaf dan dosa.
Namun perkenankan aku menyempurnakannya dengan bait-bait doa.
Ku kubur hitamnya masa lalu.
Mohon ampunanMu, terimalah taubatku.
 
5) DI ATAS SAJADAH

Di atas sajadah..
Dalam belenggu gundah aku berserah.
Tundukkan hati, tengadahkan wajah.
Lafadzkan doa di titik mustajabah.
Di setiap sujudku, dan di antara adzan dan iqomah.
Juga sepertiga malam yang penuh berkah.

Di atas sajadah..
Ketika jiwa mulai melemah.
Tercurah segala keluh juga kesah.
Tangispun pecah.
Airmata tumpah.
Aku merasa rendah.
Dosa terlanjur buat imanku kalah.

Di atas sajadah..
Aku bermuhasabah.
Meminta ampun dari segala salah.
Berharap mampu kembali fitrah.
Berusaha memperbaiki langkah.
Memetik setiap hikmah.
Berjuang mendapatkan barokah.
Meniti sirathaal mustaqiem tak pernah lelah.

Di atas sajadah..
Ku temukan damai di balik gelisah.
Ku dapatkan hikmah dari sebuah musibah.
Jiwa terang oleh cahaya hidayah.
Hidup tiba-tiba menjadi terasa begitu mudah.
Langkah kaki tak lagi goyah.
Insya Allah pahala dan iman akan semakin bertambah.
 
6) INGIN KU PINANG SYURGA

Wahai, Kekasihku..

Telah ku sampaikan pada Allah khitbahku melalui munajat di sepertiga malam-malamku.
Aku berharap semoga engkau kelak menjadi jodohku.

Aku tak mampu persembahkan apa-apa.
Semoga dua rakaat tahajud cukup sebagai mahramnya.
Dua kalimat syahadat akan menjadi ikrar di akad kita.

Yaa Jannatun Na'iem..
Selalu ku lafadzkan namamu di setiap doa yang ku kirim.
Menjadi nur di hati yang berusaha meniti shiraathal mustaqiem.

Aku merindumu.
Sungguh merindu.
Bila kah engkau menjadi kekasih halalku?
 
7) SYAITAN
Cukup sudah kau jadikan aku sebagai budak sesatmu.
Bukan karena kau terlalu pandai mengelabuhiku,
Hanya saja aku yang terlalu bodoh terbujuk oleh tipu muslihatmu.

Andai cahaya hidayah tak menyinari mata imanku,
Tentu selamanya aku terus terperosok dalam jurang maksiatmu.
Karena takkan lelah kau menggoda umat manusia hingga berhentinya rotasi waktu.

Sungguh kau sebenar-benarnya musuh yang nyata.
Bisikanmu memenuhi seluruh penjuru jiwa.
Namun aku bukanlah lawan yang harus menyerah kalah darimu.
Meski dengan tertatih menahan perih duri di kakiku.

Wahai mantan sahabatku..
Aku percaya kau akan lakukan apa saja untuk tetap berusaha memperdayaiku.
Namun pertahanan yang semakin kuat lebih meyakinkanku.
Bismillah..
 
8) MUNAFIK
Diam dan tutup saja mulutmu!
Jika hanya dusta yang mengalir dari bibir manismu.
Bahkan telingaku sudah tak sanggup lagi untuk mendengarnya.
Satu kali saja dustamu bagiku adalah seribu kali luka.

Aku sungguh tak lagi peduli.
Atas janji yang selalu kau ingkari.
Tak perlu kau janjikan aku apa-apa.
Penyesalan palsumu sudah tak lagi ada gunanya.

Karena bukan kali ini saja kau mengkhianatiku.
Hingga membuatku lupa bagaimana cara aku mempercayaimu.
Seorang yang munafik mungkin sudah menjadi pilihan hidupmu.
Dan menjadi pilihan hidupku juga bila kini aku meninggalkanmu.
 
9) TELAGA HATI

Aku adalah sebuah keindahan.
Airku jernih, tenang, menyejukkan.
Permukaanku berkilauan.
Berbias pantulan cahaya rembulan.
Berpancar aura pualam kehijauan.

Keindahan yang masih terjaga tetap alami.
Tak mudah kau jangkau aku yang jauh di kedalaman rimba berpagar semak berduri.
Istananya sang raja hutan di singasana pepohonan tinggi.
Menemuiku adalah tekad menghadapi aral yang mungkin menghampiri.

Aku dekat karena ada di dasar setiap jiwa.
Namun aku terasa jauh dan sulit bagi insan yang tak mampu menjaga hatinya.
Tertutup oleh semak emosi tak terkendali.
Terhalang oleh buasnya hawa nafsu duniawi.

Hati kita adalah telaga yang sangat indah.
Menuntun kedamaian hidup di setiap langkah.
Memberikan kesejukan dan kebaikan bagi insan lainnya.
Bukan hanya diri sendiri, namun juga orang-orang di sekitar kita.

Berjuanglah untuk sampai ke sana.

10) SANG WAKTU
Kemarilah wahai Sahabat Lama.
Aku ingin mengajakmu berbicara.
Sebentar saja.
Apakah kau bersedia?

Sering kali aku ditanya,
Dengan pertanyaan yang selalu saja sama.
Tentang aku dan dia.
Tentang bagaimana lanjutan kisahnya.
Tentang kemanakah akhirnya akan bermuara.

Jujur saja Sahabatku, meski aku tahu jawabannya,
Tapi aku selalu katakan pada mereka,
'Biar nanti kamu saja yang akan menjawabnya'

Tahukah kau bila saat ini aku tengah berduka?
Kisah yang kujalin dengannya telah berakhir kecewa.
Yang tersisa kini hanyalah luka.
Ternyata jalan yang kami tempuh berbeda.

Sampai akhirnya aku menyadari sesuatu.
Tiba-tiba aku teringat dirimu.
Aku sadar betapa dulu aku selalu melupakanmu.
Kubiarkan fatamorgana membiusku.
Aku terlena dengan kenikmatan yang semu.
Tak kupahami bahwa semuanya itu palsu.
Sekarang aku ingin bertanya padamu,
Marahkah kau padaku?

Waktu..
Maafkanlah aku.
Aku telah menyia-nyiakan bahkan membuangmu demi sebuah harapan yang sia-sia.
Harusnya kusadari betapa kau begitu berharga.
Kau selalu ada,
Menemani dan menungguku dengan setia.

Kurasa kini sudah saatnya,
Untuk aku memulai segalanya.
Menghargaimu sebisa yang ku punya.
Mengisimu dengan hal yang berguna.
Menghiasimu dengan cinta yang sesungguhnya.
Cinta yang kekal hanya kepadaNya.
 
11) TETESAN RINDU

Senja pun telah berlalu membawa jauh angan dan harapanku untuk berjumpa denganmu.
Tinggalkan serpihan kenangan yang terus memudar dalam pekatnya malam.
Riuhnya hujan tak mampu membasahi dahaganya rindu ini.
Netraku sudah terlanjur basah oleh telaga airmata yang menggenanginya.

Andai hujan adalah rangkaian syair,
Maka ada aksara rinduku pada setiap tetesnya.
Hanya dirimu yang mampu menerjemahkan aksara itu.
Hadirmu kan menyempurnakan rangkaian itu menjadi madah nan indah.

Jika hujan tak mampu membuatmu membalas rindu ini,
Maka biarkan ku berharap hujan akan turun selamanya.
Agar selamanya jua kan tetap terjaga rindu ini selalu untukmu.

12) HUJAN CINTA

Ku rangkai kembali satu persatu fluida harapan yang masih tersisa.
Hingga berkonveksi mencapai di ketinggian bertahtanya jiwa.
Dengan sinar cinta darimu, hatiku berevaporasi.
Tinggalkan kepahitan masa silam yang telah cukup lama ku nikmati.

Aku terus melangkah menuju jalan yang kian pasti.
Rangkaian warsa telah memerosokku dalam kubangan hati.
Namun hanya butuh hitungan minggu sampai aku berkondensasi.
Hadirmu telah meyakinkanku tentang indahnya hari.

Atmosfer hubungan kita yang selalu terjaga,
Tetap bertahan di tengah suhu bumi yang kadang berbeda.
Pada akhirnya kita mampu melewatinya,
Dan kita berpresipitasi dengan sempurna.

Limpahan hujan cinta kita bukan hanya untukku,
Bukan hanya milikmu,
Dan bukan hanya mampu membanjiri tandusnya hidup kita.
Tapi juga mengaliri setiap jiwa di sekitarnya.

Mengenalmu bukan hanya mengembalikan hilangnya separuh sukmaku.
Mencintai dan dicintai olehmu adalah anugerah terindah bagiku.
Tak ubahnya ku syukuri senikmat Tuhan menurunkan hujanNya.
Dan hujan adalah karunia,
Karena ada kehangatan cinta di setiap tetesnya.

13) HAMBAR

Aku dapat rasakan daun-daun kasih yang mulai berguguran dari pohon cinta kita.
Ketika hembusan angin kegelisahan semakin kencang menerpa.
Kau hanya memaknainya sebagai sebuah senandung rindu.
Setelah beberapa sua kita sudah tak ada artinya lagi bagimu.

Tak ada prasangka atau sedikitpun berubah rasa,
Meski hangat sapamu perlahan mulai sirna.
Komitmen kita dan keteguhan hatiku menjaga bangunan cinta,
Membuatku mampu untuk tetap percaya.

Namun seiring bertambah hambarnya hubungan kita,
Aku semakin meyakini akan adanya sesuatu darimu yang berbeda.
Ada apa denganmu?
Bukankah kau yang berkeras tetap bertahan dengan cinta kita yang tanpa restu?

Aku takkan memaksamu mempertahankan ini bila tak lagi nyaman bagimu.
Lebih utama kau jujur pada hati kecilmu,
dibandingkan terus menyakitiku dengan dustamu.
Masihkah kau mencintaiku?
 
14) HARAPAN CINTA

Cintaku bersenandung lirih.
Mengalir tenang melewati bebatuan perih.
Dedaunan kering masa silam berjatuhan di sela ranting kenyataan.
Mengiringi perjalanan menuju tercapainya muara harapan.

Bidukku terus kukayuh dengan dayung yang tlah patah.
Tak lelah meniti sungai hati meski dengan penuh susah payah.
Permukaan cermin air memantulkan bias sejuk wajahmu.
Memacu hasrat persuaan yang kian menggebu.

Namun sepertinya muara itu masih terlalu jauh.
Harapan hanya tinggal impian yang terlalu sulit untuk kurengkuh.
Meski beberapa kuntum bunga coba menjadi penumpang bidukku,
Namun aku telah melarutkan hati hanya pada bayangmu yang masih terlihat semu.

Mencintaimu adalah perjalanan waktu.
Aku telah mengarungi sungai nurani ketika merubahmu, bukan lagi sebagai sosok sahabat di mataku.
Dan kini biarlah waktu jua yang akan menentukan.
Jika hatimu telah membuka matanya untuk hatiku mampu tertautkan.
 
15) JEJAK YANG TERTINGGAL

Di antara kepingan kehancuran hatiku,

Di balik timbunan dedaunan kering amarahku,
Masih tertinggal sisa rinduku.
Mencari sisa rindu lainnya yang pernah kau jejakkan di pekarangan jiwaku.

Andai kau tahu,
Sungguh lebih mudah bagiku menyapu dedaunan itu dari pekarangan itu.
Namun tak lebih mudah dari memupus jejak rindu yang semakin kuat menahan langkah kakiku.

Kau mungkin terlalu mudah untuk ku lepaskan,
Namun ternyata terlalu sulit untuk ku lupakan.
Kau pergi dariku di saat bunga cintaku tumbuh bermekaran.
Aku yang bodoh telah memutuskanmu karena prasangka yang tak beralasan.

Kau tinggalkan jejak yang terlalu indah untuk ku hapuskan.
Sesulit kaki ini mengayunkan langkah baru dan mencoba melupakan.
Aku dan kenangan yang masih tetap tersimpan,
Hanya mampu berharap di tengah gelap keputusasaan..


2 komentar: