Minggu, 16 Juni 2013

Prompt #16 : TRAUMA DI BALIK JENDELA

"Linda.. Sayang.. Hari ini Mama masak pepes jamur kesukaan kamu lho. Makan dulu yuk..?" ajak Mama sambil membawa nampan berisi menu makan siangku ketika masuk ke kamarku.
 Aku tak menjawab. Mama langsung berjongkok ke tempat aku duduk, lalu menaruh nampan itu di sampingku.
 "Ayo ah, anak gadis mama gak boleh telat makan. Ingat gak kata Dokter, kamu harus menjaga kesehatan kamu, termasuk merubah pola makan? Yuk, Mama temanin. Apa mau Mama yang suapin?" Mama masih terus berusaha membujukku.
  "Sini dong menghadap ke Mama.." Mama menoleh bahuku yang sedang memunggunginya.
  
Masih tak ada jawaban. Hening beberapa saat. Mungkin Mama mulai lelah dengan segala upayanya untuk membuatku agar mau makan.
  
"Aku mau makan kalau Mama buka dulu tirai jendelanya.." kataku tiba-tiba tanpa merubah posisi badanku.
  
"Oh iya. Ya ampuuuun... Mama lupa Sayang.. Maafin Mama ya.." sahut Mama sambil dengan cepat membuka tirai jendela kamarku yang berada sekitar lima meter tepat di belakang punggungku.
  
"Udah berulang kali aku bilang sama Mama, aku mau jendela itu selalu terbuka! Mama gimana sih?!" kataku ketus.
 "Iya, Mama salah. Sekali lagi maafin Mama ya, Sayang.. Tadi Mama buru-buru buat nyiapin makan siang kamu. Besok-besok gak lagi deh. Mama janji!" ujar Mama setelah membuka tirai dan kembali di dekatku.
  
"Nah gitu dong.. Oya nasinya kebanyakan gak?" kata Mama lagi setelah melihatku membalikkan badan dan mulai mendekatkan tanganku pada nampan. aku hanya menggeleng.
  
"Mau Mama suapin?"
  
"Aku mau makan sendiri aja, Ma.."
  
Aku tak langsung mulai makan.
  
"Loh, kenapa gak langsung dimakan?" tanya Mama.
  
"Kan aku udah bilang, aku mau makan sendiri aja. Mamaaa!" kataku sambil memandangi Mama dengan kesal.
  
"Oo.. Ya sudah kalau begitu. Mama keluar dulu ya.. Nanti kalau butuh Mama, panggil aja.. Met makan, Sayang.." kulihat sedikit raut kekecewaan (entah ketakutan) di wajah Mama, yang tak lama kemudian berlalu dari kamarku.
  
Aku merasa sudah sembuh. Meski kedua kakiku masih dirantai. Untuk apa Mama masih terus memperlakukanku seperti orang sakit jiwa? Tapi bukan hanya itu saja yang membuatku kesal. Aku bisa sangat marah jika melihat tirai jendela kamarku dibiarkan tertutup. Bahkan pernah aku sampai mengamuk dan mengacak-acak isi kamarku hanya karena masalah sepele seperti ini.
  
Ya, jendela telah menyisakan trauma bagiku setelah sebuah tragedi berdarah yang ku alami setahun silam. Ketika itu aku memergoki Aldo sedang berselingkuh dengan wanita lain di dalam kamarnya. Itu aku tahu setelah melihat langsung dari celah jendela yang aku intip. Kemarahanku telah membuatku nekad masuk kamar itu melalui jendela lalu melabrak mereka dan tak sengaja menghabisi nyawa Marni, selingkuhan kekasihku dengan sebuah batu besar yang kuhantamkan ke kepalanya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar